BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Ilmu Bahasa, telah kita
ketahui bahwa suatu “kalimat” tersusun dari sejumlah “kata”. Dan setiap “kata”
yang tersusun menjadi sebuah kalimat itu mempunyai jabatan tertentu dalam
struktur kalimat, Sehingga “kata” yang telah tersusun menjadi sebuah “kalimat”
dapat memberikan pemahaman secara sempurna kepada sipembaca. Struktur kalimat
dalam tata bahasa Arab biasanya terdiridari fi’il, fa’il, dan maf’ul. Kadang sebuah kalimat menyebutkan fa’ilnya (mabnima’lum) dan kadang
kitajuga menemukan kalimat yang fa’ilnya tidak disebutkan (mabni majhul).Oleh
karena itu, masalah tersebut akan kami bahas dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian Mabni Ma’lum dan majhul?
2.
Bagaimana Cara Membuat Fi’il Mabhi Majhul?
3.
Apa Pengertian
Naibul Fa’il?
1.3 Tujuan
Dari uraian permasalahan di atas, adapun tujuan penulisan
makalah yang kami buat antara lain :
1.
Untuk Mengetahui Pengertian Mabni Ma’lum dan Majhul.
2.
Untuk Mengetahui Cara Membuat
Fi’il Mabni Majhul.
3.
Untuk Mengetahui Pengertian Naibul
Fa’il.
BAB II
PEMBAHASAN
Pembagian Fi’il Ditinjau
dari Pelakunya
:
1.
Fi’il Mabni Ma’lum
Mabni ma’lum adalah fi’il yang fa’ilnya disebutkan dalam kalam, baik fa’il itu berupa dhomir atau
dzohir.
Contoh: قَطَعَ مُحَمَّدٌ الْغُصْنَ
(Muhammad telah memotong dahan kayu)
·
Para ulama didalam memberi pengertian pada fiil madli yang mabni fa’il
terdapat dua pengertian, yaitu :
1. ما كان
اوله مفتوحا
Yaitu setiap fi’il madli yang huruf pertamanya berharokat fathah.
Contoh : lafadz ثنا (membuat tampar)
2. ما كان
اول متحرك منه مفتوحا
Yaitu setiap fi’il madli yang awalnya huruf yang berharokat (walaupun bukan
huruf awal )berupa harokat fathah
Contoh : اجتهد
Dalam contoh ini, awalnya yang berharokat ,yaitu ta’ berharokat fathah.
Ta’ dianggap sebagai awalnya huruf yang berharokat, karena fa’ fi’ilnya
yang berupa huruf jim disukun, sedangkan harokat hamzah washol yang berupa
kasroh tidak di anggap, karena harokatnya hamzah washol ketika ditengah kalimat
digugurkan (tidak dibaca)
·
Fi’il madli
mabni ma’lum tsulasi mujarrad yang huruf sebelum akhirnya berupa alif bertemu
dhomir rafa’ mutaharrik, jika mengikuti wazanيَفْعُلُ فَعَلَ, maka huruf awalnya dibaca dhommah. Contoh: قَادَ menjadi قُدْتُ. Sedangkan apabila mengikuti wazanيَفْعِلُ فَعَلَ atau يَفْعَلُ فَعِلَ,
maka huruf awalnya dibaca kasroh. Contoh: بَاعَ menjadi بِعْتُ,
dan نَالَ menjadi نِلْتُ.
2.
Fi’il Mabni Majhul
الفِعْلُ
الْمَجْهُوْلِ مَالَمْ يُذْكَرُ فَاعِلُهُ فِى الْكَلاَمِ بَلْ كَانَ مَحْذُوفًا
لِغَرْضِ مِنْ اْلاَغْرَاضِ وَيَنُوْبُ عَنْ الْفَاعِلِ بَعْدَ حَذْفِه الْمَفْعُوْلِ
بِهِ ِ
Artinya: “Fi’il
mabni majhul ialah kalimat yang tidak disebutkan fa’ilnya dalam kalam, tetapi
fa’il tersebut dibuang karena ada tujuan tertentu dan setelah fa’il dibuang,
maf’ul bih menggantikan kedudukan fa’il (dalam menyandarkan fi’il pada
maf’ul).”
Contoh:سُرِقَ
الْمَالُ
Asalnya سَرَقَ
زَيْدٌ الْمَال
fa’il yang berupa lafadzزَيْدٌ dibuang karena ada tujuan tertentu, kemudian maf’ul yang berupa lafadz الْمَالَ menggantikan kedudukan fa’il
kemudian fi’il dirubah bentuk (mabni maf’ul) untuk membedakan antara fa’il yang
asli dan fa’il pengganti (naibul fai'l)
Tujuan Membuang Fa’il (membuat
mabni maf’ul)
a.
Tujuan Dalam
Lafadz
1.
Meringkas kalam
(Lil Ijaz )
Contoh : بمثل ما عو قبتم (dengan sesamanya perkara yang disiksakan
pada kamu semua )
2.
Menyamakan
saja’ (Lis-sajak)
Contoh : من طبت سريرته حمدت سيرته (Orang yang bagus hatinya maka terpuji
perbuatannya )
b.
Tujuan dalam
ma’na
1.
Karena sudah diketahui
( Lil Ilmi)
Contoh : خلف الا نسان ضعيفا (
manusia diciptakan dalam keadaan lemah )
Fa’ilnya yang berupa lafadz Allah
dibuang ,karena sudah maklum yang menjadikan makhluk adalah Allah.
2.
Karena tidak
diketahui ( lil-jahri )
Contoh : سرق المال ( Harta dicuri )
3.
Menyamarkan
Fa’il ( Lil-Ibham )
Contoh : ركب الحصان kuda itu ditunggangi
4.
Mengagungkan
fa’il (Lit-ta’dzi)
Yaitu menjaga namanya fa’il dari
lisan mutakallin atau dijaga dari disebutkan bersamaan fa’il
Contoh:
خلق الخنزير ( Babi itu telah diciptakan )
Fa’ilnya yang berupa lafadz Allah
tidak disebutkan karena mengagungkan
5.
Menghina fa’il
(lit-tahriq)
Contoh : طعن عمر ( sahabat umar ditikam )
Fa’ilnya yang berupa abu lu’lu’
dibuang karena untuk menghina
6.
Bencinya
pendengar mendengar namanya fa’il (karohah)
Contoh : قتل حسين (sayyid husain dibunuh )
Cara Membuat Fi’il Mabni Maf’ul
A. Fiil madhi
1.
Fi’il Tsulasi
dan Ruba’i
Untuk Fi’il madli stulasi dan
ruba’i maka ضُمَّ اَوَّلُهُ وَكُسِرَ مَا قَبْلَ اْلاَخِيْرِ huruf awal
harus dibaca dhommah dan huruf sebelum akhir dibaca kasroh. Contoh : دخرج menjadiوصل ,
دخرج menjadi وصل
2. Fi’il madli diawali dengan ta’ tambahan
Maka dibaca dlommah
huruf awal dan yang kedua,dan membaca kasroh pada huruf sebelum akhir.
Contoh: تكسر , menjadi تكسر
3.
Fi’il madli diawali dengan hamzah washol.
Dibaca dlummah huruf yang awal
dan huruf yang ketiga dan dibaca kasroh
huruf sebelum akhir.
Contoh: اجتمع menjadi اجتمع
4.
Apabila berupa
fi’il sudasi, maka huruf alif tersebut
diubah dengan ya’, sedangkan hamzah dan huruf yang ke tiga dibaca
dhommah. Contoh: اِسْتَمَاحَ menjadi اُسْتُمِيْحَ.
B. Fiil
mudhori’
1.
Fiil stulasi dan ruba’i
maka ضم اوله و فتح قبل اخره
huruf awal harus dibaca dhummah dan huruf sebelum akhir dibaca fathah
2.
Fi’il mudhori’
yang fi’il madlinya ada ta’ tambahan.
Dibaca dlommah huruf awaalnya dan
dibaca fathah huruf sebelum akhir.
Contoh : يتكسر menjadi يتكسر
3.
Fi’il mudhori’
yang fi’il madlinya dimulai hamzah washol.
Dibaca dlommah huruf awalnya dan
dibaca fathah huruf sebelum akhir.
Contoh :يجتمع menjadi يجتمع
Fi’il Madhi Bina’ Mu’tal ‘Ain
Yang dimabnikan Maf’ul
Fi’il bina’
mu’tal ‘ain baik berupa wawu atau ya’, ketika dimabnikan maf’ul, fa’ilnya boleh
dibaca tiga wazan :
1.
Murni dibaca
kasroh
a.
A’in fiil
berupa wawu
Seperti lafadz yangقِيْلَ asalnyaقُوِلَ harokat wawu
berupa kasroh dipindah pada huruf sebelumnya, maka menjadiقِوْلَ kemudian wawu
diganti ya’ karena wawu disukun dan huruf
sebelumnya kasroh, maka menjadi قِيْلَ.
b. ‘Ain fi’il berupa ya’
Seperti lafadz yangبِيْعَ asalnyaبُيِعَ harokat ya’
berupa kasroh dipindah pada huruf sebelumnya, maka menjadi بِيْعَ.
2.
Murni dibaca
dlommah,
ini merupakan lughot yang lemah. Menurut
bahasa bani dubair dan bani fuq’as yang merupakan paling fasyihnya bani ‘asad,
dan termasuk lughot yang paling lemah karena beratnya dlomah berkumpul dan wawu,
contoh: قُوْلَ dan بُوْعَ .
3.
Dibaca isymam,
yaitu mengucapkan fa’ fi’il dengan harokat antara
dlomah dan kasroh, ini merupakan bahasa yang fashih karena bahasanya ringan, tetapi bukan yang paling fashih
(afshoh) karena masih ada
isymamnya.
Pengertian isymam : وهو الاتيان على الفاء بحركة
بين الضم و الكسرة
Yaitu mengucapkan fa’ fi’il
dengan harokat antara dlommah dan kasroh
Sedangkan pengucapan harokat
antara dlomah dan kasroh tidak bisa tampak dalam tulisan, tetapi bisa wujud
dalam ucapan.Menurut Imam Al Alawi caranya adalah mengucapkan juz dari harokat
kasroh yang banyak dan suaranya murni suara ya’, contoh: قِيْلَ dan بِيْعَ.
Menghindari Keserupaan
Fi’il tsulasi yang mu’tal ‘ain
setelah dimannikan maf’ul dan disandarkan pada dlomir mukhotob,mutakallim,atau
ghoif jika terjadi keserupaan dengan fi’il yang mabni fa’il maka menurut kyai
nazim ( imam ibnu malik),harokat yang menimbulkan keserupaan harus
dihindari,sedang periciannya sebagai berikut :
1.
Jika ‘ain
fi’ilnya berupa wawu
Maka fa’ fi’ilnya hanya bisa
dibaca kasroh dan isymam
Contoh : lafadz سام dari masdar سوم diucapkan سمت, سمت , سمن lafadz ini fa’ fi’ilnya tidak boleh dibaca
dlommah, diucapkan سمت, سمت , سمن karena serupa dengan
mabni fa’ilnya
2.
Jika ‘ain
fi’ilnya berupa ya’
Maka fa’ fi’ilnya hanya boleh
dibaca dlommah dan isymam ,tidak boleh dibaca kasroh .
Contoh : lafadz باع dan masdar بيع diucapkan بعت, بعت,بعن tidak boleh diucapkan بعت, بعت,بعن karena serupa dengan fi’il mabni fa’il.
Hukum Fa’ Fi’ilnya Bina’ Mudlo’af.
Hukum yang dimiliki fa’ fi’ilnya
lafadz yang mu’tal ‘ain boleh dibaca kasroh, isymam dan dlommah ketika di
mabnikan maf’ul.
a.
Dibaca kasroh حب
b.
Dibaca dlummah حب
c.
Dibaca isymam
Fi’il Bina’ Mu’tal ‘Ain Wazan افتعل dan انفعل.
Fi’il bina’ mu’tal ‘ain yang
mengikuti wazan افتعل dan انفعل ketika di mabnikan maf’ul itu huruf sebelumnya ‘ain fi’il itu
juga diperbolehkan dibaca tiga wajah:
1.
Dibaca kasroh
Contoh : lafadz اختير dan انقيد
2.
Dibaca dlommah
Contoh :
اختار diucapkan اختور
3.
Dibaca isymam
Contoh : اختير, انقيد
Bina’ Mudlo’af Wazan افتعل
dan انفعل.
Menurut imam Asy-Asyatibi, fi’il
bina’ mudlo’af yang ikut kedua wazan tersebut
ketika dimabnikan maf’ul itu huruf sebelumnya ‘ain fi’il juga dibaca
tiga wajah yaitu:
1.
Dibaca kasroh
seperti lafadz اشتد diucapkan اشتد
2.
Dibaca dlommah seperti lafadz اشتد
3.
Dibaca isymam , pada huruf sebelum ‘ain fi’il dan pada hamzah washol.
Naibul fa’il (المفعول الذي
لم يسمى فاعله)
Naibul fa’il
adalah isim yang dibaca rofa’ yang tidak disebutkan fa’ilnya.
Ketentuan
na’ibul fail sama dengan fa’il (dhomir atau dzohir) ,
Ø
Kata-kata
yang bisa menjadi na’ibul fa’il
a.
Jar dan
Majrur
Contoh : ,ونفخ في
الصور (dan
sangkakala ditiup )
b.
Dzorof
Contoh : جلس عند زيد ( didekat zaid di duduki )
c.
Masdar
Contoh : يرجى حضورك ( diharapakan kehadiran mu )
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ø
Fi’il Mabni
ma’lum adalah kalimat yang disebutkan fa’ilnya baik berupa dhomir atau dhohir.
Ø
Fi’il Mabni
Majhul adalah kalimat yang tidak disebutkan fai’ilnya dalam kalam tetapi fa’il
tersebut dibuang karna ada tujuan tertentu dan setelah fa’il dibuang maf’ul bih
menggantikan kedudukan fa;il dan disebut dengan na’ibul fa’il (dalam
menyandarkan fi’il pada maf’ul)
Ø
Mabni ma’lum
jika dimabni majhulkan dari fi’il madhi yaitu : dhummah huruf awwalnya dan
huruf sebelum akhir di kasrohkan
Ø
Mabni ma’lum
jika dimabni majhulkan dari fi’il madhi yaitu : dummah huruf awalnya dan huruf
sebelum akhir difathahkan
Ø
Na’ibul
Fa’il adalah isim yang dibaca rofa’ yang tidak disebutkan fa’ilnya.
DAFTAR PUSTAKA
Malik ibnu.2005,Alfiyah.Surabaya:Nuba Palduding Pamekasan.
TP.2005,Matnul Jurumiyyah.Surabaya:Al hidayah.
Shofwan M. Sholihuddin.2006,Al-Qowa’id Ash-Shorofiyyah.Jombang:Darul
hikmah
Qoyyum Sa’id M. Ridwan.TT,Terjemah Praktis Nadhom ‘Amrithi.TT:TT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
semoga bermanfaat ya :)