Sabtu, 20 Desember 2014

makalah shorof tentang fi'il mabni ma'lum dan majhul

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang                                                                   
Dalam Ilmu Bahasa, telah kita ketahui bahwa suatu “kalimat” tersusun dari sejumlah “kata”. Dan setiap “kata” yang tersusun menjadi sebuah kalimat itu mempunyai jabatan tertentu dalam struktur kalimat, Sehingga “kata” yang telah tersusun menjadi sebuah “kalimat” dapat memberikan pemahaman secara sempurna kepada sipembaca. Struktur kalimat dalam tata bahasa Arab biasanya terdiridari fi’il, fa’il, dan maf’ul. Kadang sebuah kalimat menyebutkan fa’ilnya (mabnima’lum) dan kadang kitajuga menemukan kalimat yang fa’ilnya tidak disebutkan (mabni majhul).Oleh karena itu, masalah tersebut akan kami bahas dalam makalah ini.

   1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Mabni Ma’lum dan majhul?
2.      Bagaimana Cara Membuat Fi’il Mabhi Majhul?
3.      Apa Pengertian Naibul Fa’il?
  1.3 Tujuan
      Dari uraian permasalahan di atas, adapun tujuan penulisan makalah yang kami buat antara lain :
1.      Untuk Mengetahui Pengertian  Mabni Ma’lum dan Majhul.
2.      Untuk Mengetahui Cara Membuat Fiil Mabni Majhul.
3.      Untuk Mengetahui Pengertian Naibul Fa’il.





BAB II
PEMBAHASAN
Pembagian Fi’il Ditinjau dari Pelakunya :
1.      Fi’il  Mabni Ma’lum
Mabni ma’lum adalah fi’il yang fa’ilnya disebutkan dalam kalam, baik fa’il itu berupa dhomir atau dzohir.
Contoh: قَطَعَ مُحَمَّدٌ الْغُصْنَ  (Muhammad telah memotong dahan kayu)
·         Para ulama didalam memberi pengertian pada fiil madli yang mabni fa’il terdapat dua pengertian, yaitu :
1.      ما كان اوله مفتوحا  
Yaitu setiap fi’il madli yang huruf pertamanya berharokat fathah.
Contoh : lafadz ثنا  (membuat tampar)
2.      ما كان اول متحرك منه مفتوحا  
Yaitu setiap fi’il madli yang awalnya huruf yang berharokat (walaupun bukan huruf awal )berupa harokat fathah
Contoh : اجتهد
Dalam contoh ini, awalnya yang berharokat ,yaitu ta’ berharokat fathah.
Ta’ dianggap sebagai awalnya huruf yang berharokat, karena fa’ fi’ilnya yang berupa huruf jim disukun, sedangkan harokat hamzah washol yang berupa kasroh tidak di anggap, karena harokatnya hamzah washol ketika ditengah kalimat digugurkan (tidak dibaca)

·         Fi’il madli mabni ma’lum tsulasi mujarrad yang huruf sebelum akhirnya berupa alif bertemu dhomir rafa’ mutaharrik, jika mengikuti wazanيَفْعُلُ  فَعَلَ, maka huruf awalnya dibaca dhommah. Contoh: قَادَ  menjadi قُدْتُ.  Sedangkan apabila mengikuti  wazanيَفْعِلُ  فَعَلَ atau يَفْعَلُ  فَعِلَ, maka huruf awalnya dibaca kasroh. Contoh: بَاعَ  menjadi بِعْتُ, dan نَالَ  menjadi نِلْتُ.

2.      Fi’il  Mabni Majhul
الفِعْلُ الْمَجْهُوْلِ مَالَمْ يُذْكَرُ فَاعِلُهُ فِى الْكَلاَمِ بَلْ كَانَ مَحْذُوفًا لِغَرْضِ مِنْ اْلاَغْرَاضِ وَيَنُوْبُ عَنْ الْفَاعِلِ بَعْدَ حَذْفِه الْمَفْعُوْلِ بِهِ ِ
Artinya: “Fi’il mabni majhul ialah kalimat yang tidak disebutkan fa’ilnya dalam kalam, tetapi fa’il tersebut dibuang karena ada tujuan tertentu dan setelah fa’il dibuang, maf’ul bih menggantikan kedudukan fa’il (dalam menyandarkan fi’il pada maf’ul).”

Contoh:سُرِقَ الْمَالُ
Asalnya سَرَقَ زَيْدٌ الْمَال  fa’il yang berupa lafadzزَيْدٌ  dibuang karena ada tujuan tertentu, kemudian maf’ul yang berupa lafadz الْمَالَ menggantikan kedudukan fa’il kemudian fi’il dirubah bentuk (mabni maf’ul) untuk membedakan antara fa’il yang asli dan fa’il pengganti (naibul fai'l)

Tujuan Membuang Fa’il (membuat mabni maf’ul)
a.       Tujuan Dalam Lafadz
1.      Meringkas kalam (Lil Ijaz )
Contoh : بمثل ما عو قبتم (dengan sesamanya perkara yang disiksakan pada kamu semua )
2.      Menyamakan saja’ (Lis-sajak)
Contoh : من طبت سريرته  حمدت سيرته  (Orang yang bagus hatinya maka terpuji perbuatannya )

b.      Tujuan dalam ma’na
1.      Karena sudah diketahui ( Lil Ilmi)
Contoh : خلف الا نسان ضعيفا  ( manusia diciptakan dalam keadaan lemah )
Fa’ilnya yang berupa lafadz Allah dibuang ,karena sudah maklum yang menjadikan makhluk adalah Allah.
2.      Karena tidak diketahui ( lil-jahri )
Contoh : سرق المال ( Harta dicuri )
3.      Menyamarkan Fa’il ( Lil-Ibham )
Contoh : ركب الحصان kuda itu ditunggangi
4.      Mengagungkan fa’il (Lit-ta’dzi)
Yaitu menjaga namanya fa’il dari lisan mutakallin atau dijaga dari disebutkan bersamaan fa’il
Contoh:  خلق الخنزير ( Babi itu telah diciptakan )
Fa’ilnya yang berupa lafadz Allah tidak disebutkan karena mengagungkan
5.      Menghina fa’il (lit-tahriq)
Contoh : طعن عمر  ( sahabat umar ditikam )
Fa’ilnya yang berupa abu lu’lu’ dibuang karena untuk menghina
6.      Bencinya pendengar mendengar namanya fa’il (karohah)
Contoh : قتل حسين (sayyid husain dibunuh )

                                                                               









Cara Membuat Fi’il Mabni Maf’ul
A.    Fiil madhi
1.      Fi’il Tsulasi dan Ruba’i
Untuk Fi’il madli stulasi dan ruba’i maka ضُمَّ اَوَّلُهُ وَكُسِرَ مَا قَبْلَ اْلاَخِيْرِ huruf awal harus dibaca dhommah dan huruf sebelum akhir dibaca kasroh. Contohدخرج   menjadiوصل , دخرج   menjadi وصل
2.       Fi’il madli diawali dengan ta’ tambahan
Maka dibaca dlommah huruf awal dan yang kedua,dan membaca kasroh pada huruf sebelum akhir.
 Contoh: تكسر , menjadi تكسر 
3.       Fi’il madli diawali dengan hamzah washol.
Dibaca dlummah huruf yang awal dan huruf  yang ketiga dan dibaca kasroh huruf sebelum akhir.
 Contoh: اجتمع  menjadi  اجتمع
4.      Apabila berupa fi’il sudasi, maka huruf alif  tersebut diubah dengan ya’, sedangkan hamzah dan huruf yang ke tiga dibaca dhommah. Contoh: اِسْتَمَاحَ  menjadi اُسْتُمِيْحَ.

B.     Fiil mudhori’
1.       Fiil stulasi dan ruba’i
maka ضم اوله و فتح قبل اخره huruf awal harus dibaca dhummah dan huruf sebelum akhir dibaca fathah
2.      Fi’il mudhori’ yang fi’il madlinya ada ta’ tambahan.
Dibaca dlommah huruf awaalnya dan dibaca fathah huruf sebelum akhir.
Contoh : يتكسر menjadi يتكسر
3.      Fi’il mudhori’ yang fi’il madlinya dimulai hamzah washol.
Dibaca dlommah huruf awalnya dan dibaca fathah huruf sebelum akhir.
Contoh :يجتمع  menjadi يجتمع


Fi’il Madhi Bina’ Mu’tal ‘Ain Yang dimabnikan Maf’ul
Fi’il bina’ mu’tal ‘ain baik berupa wawu atau ya’, ketika dimabnikan maf’ul, fa’ilnya boleh dibaca tiga wazan :
1.      Murni dibaca kasroh
a.       A’in fiil berupa wawu
Seperti lafadz yangقِيْلَ  asalnyaقُوِلَ  harokat wawu berupa kasroh dipindah pada huruf sebelumnya, maka menjadiقِوْلَ  kemudian wawu diganti ya’ karena wawu disukun dan huruf sebelumnya kasroh, maka menjadi قِيْلَ.
b. ‘Ain fi’il berupa ya’
Seperti lafadz yangبِيْعَ  asalnyaبُيِعَ  harokat ya’ berupa kasroh dipindah pada huruf sebelumnya, maka menjadi بِيْعَ.
2.      Murni dibaca dlommah,
 ini merupakan lughot yang lemah. Menurut bahasa bani dubair dan bani fuq’as yang merupakan paling fasyihnya bani ‘asad, dan termasuk lughot yang paling lemah karena beratnya dlomah berkumpul dan wawu,
contoh: قُوْلَ  dan بُوْعَ .

3.       Dibaca isymam,
yaitu mengucapkan fa’ fi’il dengan harokat antara dlomah dan kasroh, ini merupakan bahasa yang fashih karena bahasanya ringan, tetapi bukan yang paling fashih (afshoh) karena masih ada isymamnya.
Pengertian isymam : وهو الاتيان على الفاء بحركة  بين الضم و الكسرة
Yaitu mengucapkan fa’ fi’il dengan harokat antara dlommah dan kasroh
Sedangkan pengucapan harokat antara dlomah dan kasroh tidak bisa tampak dalam tulisan, tetapi bisa wujud dalam ucapan.Menurut Imam Al Alawi caranya adalah mengucapkan juz dari harokat kasroh yang banyak dan suaranya murni suara ya’, contoh: قِيْلَ dan بِيْعَ.


Menghindari Keserupaan
Fi’il tsulasi yang mu’tal ‘ain setelah dimannikan maf’ul dan disandarkan pada dlomir mukhotob,mutakallim,atau ghoif jika terjadi keserupaan dengan fi’il yang mabni fa’il maka menurut kyai nazim ( imam ibnu malik),harokat yang menimbulkan keserupaan harus dihindari,sedang periciannya sebagai berikut :
1.      Jika ‘ain fi’ilnya berupa wawu
Maka fa’ fi’ilnya hanya bisa dibaca kasroh dan isymam
Contoh : lafadz سام dari masdar سوم diucapkan سمت, سمت , سمن lafadz ini fa’ fi’ilnya tidak boleh dibaca dlommah, diucapkan سمت, سمت , سمن karena serupa dengan mabni fa’ilnya
2.      Jika ‘ain fi’ilnya berupa ya’
Maka fa’ fi’ilnya hanya boleh dibaca dlommah dan isymam ,tidak boleh dibaca kasroh .
Contoh : lafadz باع dan masdar بيع diucapkan بعت, بعت,بعن  tidak boleh diucapkan بعت, بعت,بعن  karena serupa dengan fi’il mabni fa’il.

Hukum Fa’ Fi’ilnya Bina’ Mudlo’af.
Hukum yang dimiliki fa’ fi’ilnya lafadz yang mu’tal ‘ain boleh dibaca kasroh, isymam dan dlommah ketika di mabnikan maf’ul.
a.       Dibaca kasroh حب
b.      Dibaca dlummah حب
c.       Dibaca isymam

Fi’il Bina’ Mu’tal ‘Ain Wazan افتعل dan انفعل.
Fi’il bina’ mu’tal ‘ain yang mengikuti wazan افتعل dan انفعل ketika di mabnikan maf’ul itu huruf sebelumnya ‘ain fi’il itu juga diperbolehkan dibaca tiga wajah:
1.      Dibaca kasroh
      Contoh : lafadz اختير dan   انقيد


2.      Dibaca dlommah
Contoh : اختار diucapkan اختور
3.      Dibaca isymam
Contoh : اختير,  انقيد

Bina’ Mudlo’af  Wazan افتعل dan انفعل.
Menurut imam Asy-Asyatibi, fi’il bina’ mudlo’af yang ikut kedua wazan tersebut  ketika dimabnikan maf’ul itu huruf sebelumnya ‘ain fi’il juga dibaca tiga wajah yaitu:
1.      Dibaca kasroh seperti lafadz اشتد diucapkan اشتد
2.      Dibaca dlommah  seperti lafadz اشتد
3.      Dibaca isymam , pada huruf sebelum ‘ain fi’il dan pada hamzah washol.


Naibul fa’il   (المفعول الذي لم يسمى فاعله)
Naibul fa’il adalah isim yang dibaca rofa’ yang tidak disebutkan fa’ilnya.
Ketentuan na’ibul fail sama dengan fa’il (dhomir atau dzohir) ,
Ø  Kata-kata yang bisa menjadi na’ibul fa’il
a.       Jar dan Majrur
Contoh :  ,ونفخ في الصور (dan sangkakala ditiup )      
b.      Dzorof
Contoh : جلس عند زيد ( didekat zaid di duduki )
c.       Masdar
Contoh :  يرجى حضورك ( diharapakan kehadiran mu )


                                                               

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ø  Fi’il Mabni ma’lum adalah kalimat yang disebutkan fa’ilnya baik berupa                 dhomir atau dhohir.
Ø  Fi’il Mabni Majhul adalah kalimat yang tidak disebutkan fai’ilnya dalam kalam tetapi fa’il tersebut dibuang karna ada tujuan tertentu dan setelah fa’il dibuang maf’ul bih menggantikan kedudukan fa;il dan disebut dengan na’ibul fa’il (dalam menyandarkan fi’il pada maf’ul)
Ø  Mabni ma’lum jika dimabni majhulkan dari fi’il madhi yaitu : dhummah huruf awwalnya dan huruf sebelum akhir di kasrohkan
Ø  Mabni ma’lum jika dimabni majhulkan dari fi’il madhi yaitu : dummah huruf awalnya dan huruf sebelum akhir difathahkan
Ø  Na’ibul Fa’il adalah isim yang dibaca rofa’ yang tidak disebutkan fa’ilnya.








DAFTAR PUSTAKA
Malik ibnu.2005,Alfiyah.Surabaya:Nuba Palduding Pamekasan.
TP.2005,Matnul Jurumiyyah.Surabaya:Al hidayah.
Shofwan M. Sholihuddin.2006,Al-Qowa’id Ash-Shorofiyyah.Jombang:Darul hikmah
Qoyyum Sa’id M. Ridwan.TT,Terjemah Praktis Nadhom ‘Amrithi.TT:TT









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

semoga bermanfaat ya :)